Sasirangan Warna Alam Khas Banjarmasin Yang Ramah Lingkungan

Contoh Kain Sasirangan Warna Alam

Hello, teman-teman yang ada di seluruh Nusantara…! Kami adalah salah satu wakil dari SMP Negeri 2 Banjarmasin. Kalimantan Selatan.

            Pada kesempatan kali ini, kami akan memperkenalkan kerajinan khas dari Kalimantan Selatan, yaitu Kain Sasirangan Warna Alam. Penasaran bukan? Mari ikuti asal usul kain sasirangan.

            Kain sasirangan adalah sejenis kain yang diberi gambar dengan corak dan warna tertentu yang sudah dipolakan secara tradisional, menurut citarasa budaya yang khas etnis Banjar di Kalimanan Selatan.

            Konon,menurut legenda yang bersumber dari hikayat Banjar, sasirangan pada awalnya bernama kain langgundi. Pada pertengahan abad ke XIV dipakai untuk busana harian Kerajaan Negara Dipa di Amuntai. Kain sasirangan dikenal juga dengan sebutan kain Pamintan, sekitar abad ke XIV yang fungsinya sebagai pengobatan bagi orang sakit.

            Tahun 1981, Ibu Ida Fitriah yang mempelopori kreatifitas berkembangnya kain sasirangan yang dulunya sebagai sarana pengobatan sekarang tidak lagi melainkan sebagai sarana sandang sepert: baju kemeja, kebaya, kaos dll. Kemudian pada tahun 1985, atas instruksi Gubernur Ir HM Said, PNS diwajibkan memakai baju sasirangan pada hari Jum’at. Saat itu  kain sasirangan yang menggunakan bahan pewarna sintesis, diproduksi secara besar-besaran di daerah Kal-Sel.

            Tau nggak, pada saat sasirangan warna sintesis sedang digalakan, tiba-tiba pada tahun 1996 warna sintesis jenis azo di larang oleh ITC (International Trade Centre), karena pewarna sintetis tersebut dapat mengakibatkan penyakit kanker yang melalui epidermis atau oral. Hal ini tertuang dalam CBI ( Centre for Promotion of imports from develoving)

            Syukurlah teman-teman, di kota Banjarmasin tahun 2003 diadakan pelatihan penggunaan warna alam yang dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan Kota Banjarmasin, yang bekerjasama dengan Balai Batik Kota Yogjakarta. Dari hasil pelatihan tersebut , perajin sasirangan warna alam yang kini masih aktif menekuninya yaitu Bapak Muhammad Redho, dengan nama  produknya “ASSALAM” ( Aku Suka Sasirangan warnA aLAM ) di Komplek Mulawarman Banjarmasin.

            Teman-teman, menurut beliau penggunaan warna alam itu bahannya mudah didapat disekitar lingkungan kita misalnya untuk mendapatkan warna abu-abu dari buah ketapang, warna cokelat dari kayu ulin, warna kuning dari kunyit, warna merah dari sapang  , warna biru dari nila/indigofera. Disamping bahannya murah warnanya tidak kalah dengan warna sintetis. Dan yang lebih menarik lagi yaitu limbahnya sangat ramah lingkungan karena jika limbah jalawe dibuang bebek-bebek langsung memakannya, begitu  juga limbah nila/indigofera jika dibuang semut-semut ikut menikmatinya karena bahannya dicampur dengan gula merah. Lucu kan?. Lalu daunnya bisa dijadikan pupuk organik, limbah kayunya pun mudah terurai karena cepat lapuk. Tetapi jika menggunakan warna sintetis, limbahnya akan merusak lingkungan hidup. Karena salah satu hasil penelitian Bapak Fauzi Rahman, yang sekarang kuliah program S2 jurusan kimia, telah meneliti limbah pewarna sintetis mengandung PH 14, hal ini jika tidak dikelola dengan baik akan membahayakan, misalnya ikan-ikan mas, belut jadi mati.

            Teman-teman, bahan pewarna alam itu mudah kita dapatkan dan  tersedia disekitar lingkungan kita contohnya pohon ketapang yang ada disepanjang jalan kota Banjarmasin, pohon kabuau disepanjang aliran sungai Barito. sedangkan untuk pewarna sintetis kita harus mengimpor dari luar dan terbatas.

            Teman-teman, menggunakan warna alam itu ternyata aman karena tidak menggunakan soda api, sehingga tidak perlu lagi memakai sarung tangan karet, tapi jangan coba-coba bila menggunakan pewarna sintesis tanpa sarung tangan  karet bisa-bisa tangan kita bisa melepuh lho …
            Kalian mau tau proses pembuatan kain sasirangan warna alam? ikuti aku yuk, ke tempatnya pak Redho . . ..

            Nah ini tempatnya…! untuk membuatnya, pertama-tama kita siapkan kain (250 gram) atau 2 meter. Lalu kain dimordant dengan 50 gram tawas, 15 gram Soda As, dan dicampur dengan 10 liter air. Ini dilakukan untuk memasukkan zat alkali pada kain agar dapat menyerap warna alam. Setelah itu, kain dikeringkan lalu dibuat motif. Kalau motif sudah dibuat, motif dijelujur dengan jarum dan benang marlon ukuran 8. Setelah itu , benang ditarik kuat-kuat kemudian ikat hingga terlihat mengkerut. Selajutnya , kain dicelup ke larutan TRO lalu angkat dan diamkan sebentar. Sesudah itu, celup ke dalam larutan warna alam yang sudah didihkan seperti, rebusan kayu ulin yang menghasilkan warna cokelat. Lalu angkat dan difiksasi dengan larutan tunjung/tawas/kapur, agar warna alam dapat diserap oleh kain. Jika ingin warna yang maksimal, lakukan pewarnaan dan fiksasi sebanyak 3 kali. Kalau sudah, jemur kain di tempat yang teduh hingga agak kering. Kemudian, buka ikatannya dengan perlahan. Nah sudah jadi deh. .
Gimana teman, mudah bukan?
Selamat mencoba. . .  . !


Sumber berita: 1. ASSALAM
                         2. Rubiah Sasirangan.
                         3. Batik Bixa Hendri Suprapto.
                         4. Batik Warna Alam Haris Riadi.
                         5. Syamsiar Seman. 

Penulis Galuh Barlian dkk siswa SMP Negeri 2 Banjarmasin

You May Also Like

0 komentar